Bunyi Tunggal dan Rangkap
Bunyi tunggal dibedakan dari bunyi rangkap berdasarkan
perwujudannya dalam suku kata. Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi yang berdiri
sendiri dalam satu suku kata, sedangkan bunyi rangkap adalah dua bunyi atau
lebih yang bergabung dalam satu suku kata. Semua bunyi vokal dan konsonan
adalah bunyi tunggal. Bunyi tunggal vokal disebut juga monoftong.
Bunyi rangkap dapat berupa diftong maupun klaster. Diftong,
yang lazim disebut vokal rangkap, dibentuk apabila keadaan posisi lidah sewaktu
mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan bunyi vokal yang lainnya saling
berbeda (Jones, 1958:22). Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat diftong
[oi], [aI], dan [aU].
Klaster, yang lazim disebut gugus konsonan, dibentuk apabila
cara artikulasi atau tempat artikulasi dari kedua konsonan yang diucapkan
saling berbeda. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat gugus [pr], [str],
dan [dr].
Bunyi Egresif dan Ingresif
Bunyi egresif dan ingresif dibedakan berdasarkan arus udara.
Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam
paru-paru, sedangkan bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke
dalam paru-paru. Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.
Bunyi egresif dibedakan lagi atas bunyi egresif pulmonik dan
bunyi egresif glotalik.
(1) Egresif pulmonik
dibentuk dengan cara mengecilkan rongga paru-paru oleh otot paru-paru, otot
perut, dan rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui
egresif pulmonik..
(2) Egresif glotalik
dibentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga gloatis dalam keadaan
tertutup sama sekali. Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif, yang
ditandai dengan tanda apostrof, contohnya [p’, t’, k’, s’], contohnya
bunyi-bunyi dalam bahasa-bahasa Kaukasus,Indian, dan Afrika (Ladefoged,
1973:25).
Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan
bunyi ingresif velarik.
(1) Ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara
pembentukan bunyi egresif glotalik, hanya arus udara yang berbeda. Dibentuk
dengan cara menghisap udara dan merapatkan pita suara sehingga glotis menutup.
Adapun bunyi yang dihasilkannya disebut implosif, yang ditandai dengan tanda
melengkung ke sebelah kanan, contohnya [b, d, g]. Contohnya bunyi-bunyi dalam
bahasa Sindhi, Swahili, Marwari, Ngadha, dan Sawu (Ladefoged, 1973:26).
(2) Ingresif velarik dibentuk dengan cara menghisap
udara dan menaikkanpangkal lidah dalam langit-langit lunak; bersama-sama dengan
merapatkan bibir; begitu pula, ujung lidah dirapatkan ke dalam gigi/gusi.
Contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa Khoisa, Xhosa, dan Zulu (Ladefoged,
1973:28-30).
H. Geminat dan Homorgan
Geminat yaitu rentetan artikulasi yang sama (identik),
sehingga menimbulkan ucapan panjang dalam bunyi tersebut, contohnya: Allah dan
assalamualaikum. Adapun yang disebut Homorgan yaitu bunyi-bunyi bahasa yang
terbentuk oleh alat dan daerah artikulasi yangsama. Contohnya, konsonan
alveolar: [t], [d], dan [n]; konsonan bilabial [p], [b], Dan [m]; konsonan
palatal [c], [j], [n] (Robins, 1980, Bab 8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar