Jumat, 02 Oktober 2015

KLASIFIKASI BUNYI BAHASA I Bunyi Tunggal dan Rangkap, Bunyi Egresif dan Ingresif, Geminat dan Homorgan

Bunyi Tunggal dan Rangkap
Bunyi tunggal dibedakan dari bunyi rangkap berdasarkan perwujudannya dalam suku kata. Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata, sedangkan bunyi rangkap adalah dua bunyi atau lebih yang bergabung dalam satu suku kata. Semua bunyi vokal dan konsonan adalah bunyi tunggal. Bunyi tunggal vokal disebut juga monoftong.

Bunyi rangkap dapat berupa diftong maupun klaster. Diftong, yang lazim disebut vokal rangkap, dibentuk apabila keadaan posisi lidah sewaktu mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan bunyi vokal yang lainnya saling berbeda (Jones, 1958:22). Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat diftong [oi], [aI], dan [aU].

Klaster, yang lazim disebut gugus konsonan, dibentuk apabila cara artikulasi atau tempat artikulasi dari kedua konsonan yang diucapkan saling berbeda. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat gugus [pr], [str], dan [dr].

Bunyi Egresif dan Ingresif
Bunyi egresif dan ingresif dibedakan berdasarkan arus udara. Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru, sedangkan bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam paru-paru. Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.
Bunyi egresif dibedakan lagi atas bunyi egresif pulmonik dan bunyi egresif glotalik.

(1) Egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan rongga paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui egresif pulmonik..

(2) Egresif glotalik dibentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga gloatis dalam keadaan tertutup sama sekali. Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif, yang ditandai dengan tanda apostrof, contohnya [p’, t’, k’, s’], contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa-bahasa Kaukasus,Indian, dan Afrika (Ladefoged, 1973:25).

Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan bunyi ingresif velarik.

(1) Ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara pembentukan bunyi egresif glotalik, hanya arus udara yang berbeda. Dibentuk dengan cara menghisap udara dan merapatkan pita suara sehingga glotis menutup. Adapun bunyi yang dihasilkannya disebut implosif, yang ditandai dengan tanda melengkung ke sebelah kanan, contohnya [b, d, g]. Contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa Sindhi, Swahili, Marwari, Ngadha, dan Sawu (Ladefoged, 1973:26).

(2) Ingresif velarik dibentuk dengan cara menghisap udara dan menaikkanpangkal lidah dalam langit-langit lunak; bersama-sama dengan merapatkan bibir; begitu pula, ujung lidah dirapatkan ke dalam gigi/gusi. Contohnya bunyi-bunyi dalam bahasa Khoisa, Xhosa, dan Zulu (Ladefoged, 1973:28-30).

H. Geminat dan Homorgan
Geminat yaitu rentetan artikulasi yang sama (identik), sehingga menimbulkan ucapan panjang dalam bunyi tersebut, contohnya: Allah dan assalamualaikum. Adapun yang disebut Homorgan yaitu bunyi-bunyi bahasa yang terbentuk oleh alat dan daerah artikulasi yangsama. Contohnya, konsonan alveolar: [t], [d], dan [n]; konsonan bilabial [p], [b], Dan [m]; konsonan palatal [c], [j], [n] (Robins, 1980, Bab 8).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar