1)
Sejarah Bahasa Indonesia sebelum Sumpah Pemuda 1928
Untuk
menaikkan derajat dan kepandaian sejajar dengan bangsa Belanda, mula-mula
bangsa Indonesia mempelajari bahasa Belanda. Penyebaran bahasa Belanda di
Indonesia semula dimaksudkan untuk memasukkan pengaruh kebudayaan Belanda ke
Indonesia. Akan tetapi, bangsa Belanda khawatir jika bangsa Indonesia banyak
yang pandai akan menuntut hak dan kedudukan yang sama dengan bangsa Belanda.
Oleh karena itu, bangsa Belanda lalu membatasi bahasanya bagi bangsa Indonesia.
Hal ini
justru memotivasi kaum pergerakan berusaha mengumpulkan rakyat dalam jumlah
besar. Untuk mencapai hal itu, diperlukan persatuan. Salah satu alat pemersatu adalah
bahasa. Sejak itulah, kaum pergerakan mulai mencurahkan perhatian kepada bahasa
Melayu yang telah berabad-abad menjadi bahasa penghubung dan pergaulan (lingua
franca) di seluruh Asia Selatan (Badudu, 1971:6-7). Mereka bersatu dengan
menggunakan alat komunikasi bahasa Melayu yang sudah menjadi lingua franca di
seluruh nusantara. Hal ini diperkuat dengan lahirnya Sumpah Pemuda 20 Oktober
1928 yang meresmikan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
2) Sejarah bahasa Indonesia sejak sumpah pemuda 1928 sampai dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI 1945
Sejak
Sumpah Pemuda inilah bahasa Melayu berubah namanya menjadi bahasa Indonesia.
Kemudian, pada tahun 1933 St. Alisyahbana memimpin sebuah angkatan sastrawan muda
dengan nama “Pujangga Baru” dengan menggunakan alat komunikasinya bahasa
Indonesia. Dari sinilah sebenarnya bahasa Indonesia dimulai. Tahun 1938 “Pujangga
Baru” mengadakan kongres bahasa Indonesia yang pertama kali, diadakan di Solo.
Kemudian, pada tahun 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan bahasa
Indonesia menjadi bahasa Nasional, bahasa kesatuan, dan bahasa resmi di Negara
Republik Indonesia.
3) Sejarah bahasa Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan RI
1945-sekarang
Dalam
perkembangannya menuju bahasa modern, bahasa Indonesia menemui banyak
kesulitan, seperti:
a. kurangnya
kata dan istilah yang berhubungan dengan ilmu-ilmu teknik, kebudayaan, ekonomi,
dsb;
b. masuknya
bahasa daerah dan bahasa asing menyebabkan timbulnya kekacauan bahasa harus
diselesaikan;
c. kurangnya
hasil penelitian bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia;
d. kurangnya
buku-buku ilmu pengetahuan modern yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
Walaupun mengalami kesulitan, bahasa
Indonesia berkembang terus sehingga pada tahun 1950 setelah kemerdekaan Indonesia
diakui oleh Belanda dan dunia. Bahasa perhubungan, melainkan juga bahasa yang harus dapat menjadi bahasa pergaulan
atau bahasa perhubungan, melainkan juga bahasa yang harus dapat menjadi bahasa
ilmu, bahasa seni, bahasa politik, bahasa hukum, ekonomi dan sebagainya.
Untuk pembinaan selanjutnya, para ahli bahasa
mengadakan Kongres Bahasa Indonesia kedua di Medan tahun 1938, yang ketiga di
Jakarta tahun 1978, yang keempat di Jakarta tahun 1983, yang kelima di Jakarta
tahun 1988, yang keenam di Jakarta tahun 1993, yang ketujuh tahun 1998, dan
yang kedelapan di Jakarta tahun 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar