LAPORAN HASIL OBSERVASI BAHASA DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa sunda merupakan bahasa daerah
yang masih hidup yang masih dipelihara, dibina, dan digunakan oleh
pendukungannya dalam berbagai aspek kehidupan. Bahasa sunda sebagai salah satu
bahasa daerah tetap digunakan sebagai alat komunikasi lisan dan tulisan.
Sebagai bahasa lisan, bahasa sunda digunakan dalam proses komunikasi baik dalam
topik resmi maupun tidak resmi.
Bahasa daerah adalah salah satu program
pemerintah dalam pembelajaran di sekolah dasar. Karena, mayoritas masyarakat di
Banten menggunakan dua bahasa daerah yaitu bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Maka,
dalam pembelajaran bahasa sunda pun menjadi pro dan kontra dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar, akan tetapi proses pembelajaran bahasa Sunda tetap
berjalan dengan baik dan semestinya.
B. Pembatasan
Masalah
Untuk memudahkan pembuatan laporan hasil
observarsi yang berjudul “Permasalahan Bahasa
Daerah Di SDN 1 Ciruas” tim penulis dalam
pembuatan laporan hasil observasi ini menggunakan sumber-sumber dari buku dan
media social. Maka perlu adanya pembatasan masalah sehingga didalam pembahasan
dan objek yang akan dikaji didalamnya memenuhi target.
C. Perumusan
Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang
sanagat penting karena langkah ini menentukan kemana arah penulisan diarahkan.
Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan pernyataan yang jawabannya akan
dicari melalui teori-teori yang didapat dari buku dan media sosial. Maka tim
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
proses pembelajaran bahasa daerah di sekolah dasar ?;
2. Apa
saja kendala dalam proses pembelajaran bahasa daerah ?;
3. Kenapa
peserta didik kurang antusias dalam pembelajaran bahasa daerah ?.
D. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui proses pembelajaran bahasa daerah;
2. Untuk
mengetahui kendala dalam proses
pembelajaran bahasa daerah;
3. Untuk
mengetahui penyebab kurangnya antusias peseta didik dalam pembelajaran bahasa
daerah.
E. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini memliki 2 jenis manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat
Teoritis
Secara teoritis,
penelitian ini dapat dianfaatkan sebagai informasi dan acuan dasar dalam upaya
memperoleh pengetahuan dan pemahaman. selain itu, penelitian ini sebagai bahan
pembanding bagi peneliti berikutnya yang tertarik meneliti dalam pembelajaran bahasa daerah di sekolah dasar.
diharapkan juga, penelitian ini bermanfaat dalam dunia linguistik untuk
memberikan pemahaman mengenai proses pembelajaran bahasa daerah yang ada di
sekolah dasar.
2. Manfaat
Praktis
Temuan dalam penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berguna di dunia
pendidikan. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi kesalahan pemilihan
bahasa daerah untuk pembelajaran di sekolah dasar.
F. Sistematika
Penulisan
Bab
I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan makalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab
II Pembahasan, faktor penghambat
pembelajaran bahasa daerah
Bab
III Penutup, kesimpulan dan saran
Lampiran
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah
melakukan observasi pada tanggal 24 maret 2015 disalah satu sekolah dasar di
kabupaten Serang yakni SDN 1 Ciruas dimana di SD tersebut masih menggunakan
bahasa daerah sebagai salah satu mata pelajaran. Dimana mata pelajaran bahasa
daerah yang digunakan di SDN
1 Ciruas adalah Bahasa Sunda.
Menurut
Ibu Ade Siti Aminah pelajaran bahasa sunda sudah diajarkan sejak puluhan tahun
lalu. Bahasa sunda diajarkan dengan alokasi waktu 2 jam dalam satu minggu
sebagai muatan lokal (mulok) bukan mata pelajaran wajib. Tetapi setiap
diadakannya ujian, Bahasa Sunda menjadi salah satu mata pelajaran yang di
ujikan. Pelajaran ini diajarkan di semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 6.
Faktor penghambat
pelajaran bahasa daerah
Dalam
pengajarannya banyak ditemukan berbagai kendala yang mempersulit cproses
kegiatan belajar mengajar. Beberapa kendala yang di hadapi dalam kegiatan
belajar mengajar diantaranya adalah tidak adanya buku paket yang menjadi sumber
pembelajaran yang ada di SD tersebut, tetapi sd tersebut hanya menggunakan LKS
untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dirasa kurang cukup. Tidak adanya
guru khusus yang menguasai dan menangani mata pelajaran tersebut,melainkan
diajarkan oleh guru kelas dengan semampunya guru tersebut,tanpa adanya
pengetahuan yang lebih luas untuk disampaikan pada murid-muridnya.
Kurangnya
rasa antusiasme siswa pada bahasa daerah khususnya bahasa sunda yang menjadi
salah satu mata pelajaran mulok di SD 1 CIRUAS disebabkan para murid tidak
hanya berasal dari daerah Ciruas saja melainkan dari berbagai macam daerah yang
menggunakan berbagai macam bahasa sehingga siswa cenderung menggunakan bahasa
indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa penghubung dan bahasa
pergaulan untuk berkomunikasi antara satu sama lain. Mayoritas siswa kesulitan
dalam belajar bahasa Sunda dikarenakan mereka dibesarkan dilingkungan yang
tidak menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi, melainkan bahasa Indonesia.Guru
juga mengalami kesulitan dalam mengajarkan bahasa sunda dikarenakan tidak
adanya kurikulum dan RPP yang diberikan oleh pemerintah mengenai bahasa daerah.
Akan tetapi dalam pelaksanaan ulangan tengah semester,
mata pelajaran Bahasa Sunda ini tetap di ujiankan. Namun, soal yang di ujikan pada
ulangan tengah semester (UTS) dibuat oleh pihak Kabupaten dan soal yang
diujikan pada ujian akhir semester (UAS) dibuat oleh Tim Khusus dari provinsi.Menurut
salah satu guru hal tersebut merupakan salah satu kesalahan dari pihak sekolah
yang tidak mencari kurikulum.
Beberapa
tahun yang lalu ada satu guru yang mengajarkan
khusus untuk mengajar pelajaran bahasa daerah,namun karena kurangnya
guru kelas sehingga guru khusus bahasa sunda pun dijadikan sebagai guru kelas. Dari pihak sekolah telah mengajukan kepemerintah tentang
perubahan bahasa daerah yaitu dari Bahasa Sunda menjadi Bahasa Jawa, akan tetapi
dari pihak pemeritah belum ada tanggapan mengenai perubahan pembelajaran bahasa
tersebut, walau pun hal tersebut telah diajukan beberapa tahun yang lalu. Dan
akhirnya pihak sekolah pun mau tidak mau masih menggunakan bahasa sunda sebagai
salah satu mulok bahasa daerah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mayoritas guru dan siswa di SDN 1 Ciruas mengaku kesulitan
dalam pembelajaran bahasa Sunda. Hal ini dikarenakan mayoritas guru dan siswa bukan
berasal dari keluarga yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.
Selain itu kurangnya jam pelajar Bahasa Daerah yang membuat anak mudah untuk melupakan
materi pembelajaran setiap minggunya.
Beberapa
kendala yang dihadapai oleh guru sd 1 ciruas dalam pembelajaran bahasa daerah
diantaranya :
1. Tidak
adanya kurikulum mengenai bahasa daerah
2. Guru
kurang menguasai bahasa daerah
3. Kurangnya
minat siswa terhadap bahasa daerah
4. Kurangnya
bahan ajar dan sumber materi yang diajarkan
B. Saran
Sebaiknya SDN 1 Ciruas menyediakan guru khusus untuk mata
pelajaran bahasa daerah, agar tidak kesulitan dan lebih memahami dalam mengajarkan
bahasa daerah. Lalu dilengkapi fasilitas pembelajaran seperti : buku paket,
infokus dll. Selain itu guru harus pula kreatif dalam pembelajaran agar peserta
didik antusias saat pelajaran.
Sebaiknya
pihak Universitas menyediakan jurusan bahasa daerah yang nantinya akan
menghasilkan lulusan yang mampu menguasai bahasa daerah karena di beberapa sekolah dasar sekarang jarang
sekali guru yang menguasai bahasa daerah untuk bahan pembelajaran di
sekolahnya, seharusnya pemerintah juga ikut ambil andil dalam proses pembuatan
kurikulum yang memuat bahasa daerah yang akan diberikan untuk peserta didik.