Teknologi seyogyanya digunakan untuk mempermudah manusia dalam menjalani kehidupan namun interaksi sosial tetap diperlukan. |
Indonesia adalah negara ke-4 terbanyak yang menggunakan situs jejaring sosial. Yah, capaian yang begitu fantastis. Tapi apakah efeknya juga sefantastis itu dalam arti positif? Belakangan ini kita merasakan perubahan pola interaksi terjadi begitu drastis. Seseorang mungkin akan malu jika tidak punya akun facebook, twitter dan sejenis. Dimana mana kita saksikan anak dan remaja tidak lagi suka bermain diluar rumah, berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Semua sibuk sendiri dengan smart phone, bersosialisasi juga tapi dengan memanfaatkan teknologi. Tidak hanya pada remaja usia sekolah saja, namun fenomena ini juga melanda orang dewasa yang memiliki profesi apa saja bahkan sampai ibu rumah tangga. Tentu kita bangga bahwa bangsa kita tidak tertinggal dalam hal penggunaan teknologi dengan bangsa bangsa lain, tapi ingat hanya sebagai "pengguna" bukan "pencipta".
Berikutnya, kita perlu telaah ulang, apakah kita sudah manfaatkan dengan benar kemajuan teknologi sehingga membawa kebaikan untuk diri dan lingkungan sekitar. Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh seorang remaja ditipu oleh teman dunia mayanya sehingga nyaris kehilangan keperawanannya, atau kisah remaja yang diculik, ada lagi seorang remaja putri yang tega menjual sepeda motor satu satunya milik orang tua demi memenuhi hasrat memiliki BB.
Ironisnya diperbudak teknologi tidak hanya dialami anak anak dan remaja yang notabene sedang mencari identitas diri. Bahkan rumah tangga yang sudah dibina puluhan tahunpun bisa hancur berantakan hanya karena CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) bertemu mantan pacar di facebook, ternyata kita sudah salah kaprah dalam memaknai kemajuan zaman.
Penulis teringat Albert Enstein pernah mengatakan bahwa “aku takut pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia, dunia akan memiliki generasi yang idiot”.
Sepertinya itu sudah terjadi sekarang, satu bus tapi masing masing sibuk dengan hand phone. Satu kantor namun tersenyum sendiri, tertawa tawa sendiri bahkan marah sendiri. Bayangkan jika itu terjadi pada keluarga kita. Ketika orang tua dan anak sudah tidak punya waktu lagi untuk sekedar bertanya kepada anaknya apa yang kamu lakukan hari ini, sebagian kita telah kehilangan moment bercengkrama dengan sesama anggota keluarga.
Disini kita mengingatkan orang tua, guru ataupun masyarakat luas bahwa anak kita butuh keteladanan, hanya satu kata bernama “keteladanan”. Memori mereka sudah terlanjur dipenuhi dengan sketsa buram di mana-mana, berita korupsi, kolusi dan nepotisme, ayah yang mencabuli dan membunuh anak, ibu yang membunuh bahkan tega menjual anak demi alasan ekonomi, anggota dewan ribut saat sidang paripurna sampai lempar kursi, demonstrasi yang berlangsung anarkis, belum lagi melihat ibunda dan ayahanda yang seharian sibuk bekerja sesampai dirumah masih direpoti oleh BBM dan fesbukan, sibuk up date status, dan lain sebagainya.
Betapa kita merindukan kenangan masa kecil bermain dipinggir sungai bersama teman teman, membuat rakit dan mobil mobilan dari batang pisang, dulu kita begitu kreatif "mencipta" mainan. Sampai dirumah belajar dan mengaji ditemani orang tua. Sekarang keadaan berbalik, semua sibuk sendiri, semakin lama semakin individualistis. Anak-anak dimanjakan dengan games online yang tersedia dan sangat mudah di akses. Secara tidak sadar itu mematikan kreatifitas mereka. Bermain dan belajar sendiri.
Padahal interaksi membuat kita belajar mengelola emosi, berbagi, berempati, toleransi, berkreasi, bekerja sama dan terpenting semangat kebersamaan. Sungguhpun demikian sejujurnya kita juga tidak perlu terlalu phobia dengan teknologi, betapa banyak orang yang justru beroleh kesuksesan karena teknologi. Banyak kesempatan kerja, diperoleh melalui situs jejaring sosial.
Beberapa ada yang memanfaatkannya untuk kepentingan bisnis dan promosi barang dagangan atau silaturahmi yang kembali terjalin setelah sekian lama tidak bertemu, sampai saling berbagi informasi bermanfaat. Kita juga perlu bangga pada anak-anak muda yang berkreasi dengan robot ciptaannya sehingga meraih penghargaan disana sini, dan itu semua berkat kemajuan teknologi.
Kita hanya perlu selektif dan memperhatikan azas manfaat serta selama dalam batas kewajaran. Jangan sampai terlena oleh kesenangan sesaat sehingga mengorbankan menit menit berharga perkembangan putra-putri kita tercinta, karena susungguhnya merekalah investasi kita untuk masa depan baik di dunia maupun akhirat. Teknologi seyogyanya digunakan untuk mempermudah manusia dalam menjalani kehidupan namun interaksi sosial tetap diperlukan karena disana ditemukan kejujuran, ketulusan dan pengorbanan. Terakhir gunakanlah IT itu sesuai kebutuhan.
*) Ditulis oleh RUSPEL AIGA. Guru SMPN 3 X Koto Diatas, Kabupaten Solok - Sumatera Barat
[ SekolahDasar.Net |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar