Minggu, 13 Desember 2015

Ilmuwan dan Tokoh Sains Muslim Yang Dilupakan Dunia

Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan berkata “Iqra!”, pada ayat pertama di dalam Al-Qur’an. Iqra bukan hanya berarti“bacalah”, namun juga berarti “belajarlah”.
Begitu Maha Segalanya Allah SWT, hingga menurunkan satu kalimat pertama dalam wahyu-Nya yang ternyata mempunyai arti dan makna yang sangat berguna sekali bagi kelangsungan kehidupan manusia Bumi dikemudian hari.
*****
Bagaimana mungkin seorang Muhammad membaca? Beliau adalah seorang buta huruf. Beliau bukan seorang ilmuwan. Beliau bukanlah seorang pengarang. Dan, Al-Qur’an tidak diwahyukan secara berurutan. Namun sesuai kejadian-kejadian yang dialami oleh beliau.
https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Stamps_of_Azerbaijan%2C_2009-861.jpgSelama diwahyukan, Al-Qur’an tidak diturunkan berdasarkan ayat demi ayat yang berurutan, selalu acak, beda surah, beda ayat, beda kota, beda keadaan.
Kemudian dihafalkannya beserta semua sahabatnya agar tidak saling lupa. Namun ketika tiap ayat di Al-Qur’an yang telah diwahyukan tersebut disusun, ternyata menjadi beraturan.
Itulah salah satu kitab Ilahi yang sempurna, mukzizat yang tiada duanya karena tidak hanya dapat dinikmati oleh Rasul dan kaum di zamannya, namun oleh segenap umatnya hingga akhir zaman (for all mankind).
*****

Di dalam Islam, ada tiga pilar yang harus dikerjakan untuk menjadi manusia yang selalu bertaqwa dan berbudaya dengan baik. Yaitu, percaya kepada Allahmenggali ilmu(ilm), dan mencintai sesama manusia.
SCIENCE IS FUN..!
Islam sering kali diberikan gambaran oleh orang-orang dan golongan yang tidak pernah mengenalnya sebagai agama yang mundur dan memundurkan.
Islam juga dikatakan tidak pernah menggalakkan umatnya untuk menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu pengetahhuan.
Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi justru bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam berbagai bidang keilmuwan.
Pada masa lalu dan memang sudah ajaran Islam, bahwa jika seseorang menemukan alat atau apapun yang belum ada manusia yang menciptakannya, maka wajiblah baginya untuk menyebarkan hasil temuannya itu. Menyebarkannya kepada umat manusia agar mereka semakin dapat mempermudah pekerjaannya dan menjadikan mereka semakin bersyukur kepada Allah.
Mereka tidak menuntut satu apapun, termasuk “hak paten” atau “upeti” lainnya akibat temuannya tersebut.
Dan dari orang-orang baratlah ilmu-ilmu itu kemudian dicuri, lalu dipatenkan atas nama mereka masing-masing untuk mencari keuntungan. Banyak sekali penemuan-penemuan dari kebudayaan Islam yang tak tercatat sejarah.
Misalkan, diantaranya adalah keilmuwan dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, astronomi dan sebagainya.
Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi mereka juga menguasai keilmuwan tersebut dalam masa yang singkat dan dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi / Ar-Razi (Tehran, 864-930)
Meneliti: demam, penyakit cacar, alergi asma, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
Atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar.
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit Rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas.
Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham  / Alhazen (Basra, 965 – Kairo 1039)
Meneliti: sifat cahaya.
Dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.
Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan yang berkaitan dengannya.
Ia telah memberikan ilham kepada ahli sains dari dunia barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain: Physics, Optics, Mathematics.
Abu Musa Jabir bin Hayyan / Jabir Ibnu Hayyan / Gebert (721-815)
Meneliti: penemu ilmu kimia
Orang-orang Eropa menamakannya Gebert, ia hidup antara tahun 721-815 M.
Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan dunia Islam yang pertama. Ilmu tersebut kemudian berkembang dan kita mengenal sebagai ilmu kimia.
Bidang keahliannya, (dimana dia mengadakan peneltian) adalah bidang : Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya.
Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi / Al Kindus
Meneliti: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran, ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno,
Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan nama-nama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah orang tersebut muslim atau bukan.
Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah mereka sendiri.
Al Khindi  ahli adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku, ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab dan Yunani kuno. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim dan ilmuwan sedang bidang disiplin ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.

Sumber: islamislogic.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar